Saya pernah menulis tentang kasih sayang dalam entri "Kasih Sayang Juga Rezeki". Saya mengatakan bahawa segala yang diberikan kepada kita yakni cinta dan kasih sayang, itu adalah sebentuk rezeki yang datangnya dari keizinan Allah SWT.
Barangkali hidup kita sudah begitu sempurna, lengkap dan bahagia. Semua orang yang kita sayangi dan ingini, senang sahaja berlegar di sekeliling, memberikan senyuman manis mereka, dan kita membalas senyum mesra itu - meski orang di sekitar tak mungkin akan dapat melihat betapa hangat cinta yang membakar dalam jiwa pada ketika itu.
Ketika malam, kita bermimpi tentang sebuah kehidupan yang abadi. Betapa kita merasakan dengan adanya cinta, maka segalanya pasti akan berakhiran dengan igauan yang indah. Tetapi, apalah yang kita tahu, kan? Setiap saat yang indah itu sementara. Selagi kita hidup di atas bumi yang fana ini, tidak ada jaminan apa-apa kebahagiaan yang kita kecapi itu pasti akan kekal.
Betul, cinta boleh buat kita buta. Buta tentang tentang dunia, buta tentang hakikat hidup - betapa setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Tak kira sama ada lambat atau cepat, manis atau pahit, senang atau susah, hidup atau mati. Sudahkah kita bersedia dengan kehilangan ini?
Bila kita lena dalam cinta, kita akan menafikan banyak perkara. Menafikan kemungkinan perpisahan, kemungkinan diri menjadi semakin terseksa. Dan manusia akan terus bersifat manusia. Sentiasa lupa dan terleka. Rezeki di depan mata, diabaikan sampai satu hari bila ia hilang buat selama-lama, merana seluruh jiwa.
Dan pintu kasih sayang itu bukan selama-lamanya terbuka. Kuncinya boleh patah dan hilang pada bila-bila masa.
Sebelum kita hilang orang yang amat kita sayang, sudahkah kita buat yang semampu daya untuk membahagiakan hidup mereka?
0 komentar:
Catat Ulasan